Pertentangan Sosial dan Integrasi
Masyarakat
Pertentangan sosial di dalam masyarakat merupakan salah satu konflik yang
biasanya timbul dari berbagai faktor-faktor sosial yang ada di dalam masyarakat
itu sendiri. Pertentangan sosial ataupun konflik adalah salah satu
konsekuensi dari adanya perbedaan-perbedaan dan tindakan yang menyimpang dari
norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat misalnya peluang hidup, gengsi,
hak istimewa, dan gaya hidup. Berikut ini merupakan faktor-faktor yang
menyebabkan pertentangan sosial:
·
PERBEDAAN KEPENTINGAN
Hidup bermasyarakat adalah hidup dengan berhubungan baik antara
dihubungkan dengan menghubungkan antara individu-individu maupun antara
kelompok dan golongan. Hidup bermasyarakat juga berarti kehidupan dinamis
dimana setiap anggota satu dan lainnya harus saling memberi dan menerima.
Anggota memberi karena ia patut untuk memberi dan anggota penerima karena ia
patut untuk menerima. Ikatan berupa norma serta nilai-nilai yang telah
dibuatnya bersama diantara para anggotanya menjadikan alat pengontrol agar para
anggota masyarakat tidak terlepas dari rel ketentuan yang telah disepakati itu.
Rasa solider, toleransi, tenggang rasa, tepa selira sebagai bukti
kuatnya ikatan itu. Pada diri setiap anggota terkandung makna adanya saling
ikut merasakan dan saling bertanggungjawab pada setiap sikap tindak baik
mengarah kepada yang positif maupun negatif. Sakit anggota masyarakat satu akan
dirasakan oleh anggota lainnya. Tetapi disamping adanya suatu harmonisasi,
disisi lain keadaan akan menjadi sebaliknya. Bukan harmonisasi ditemukan,
tetapi disharmonisasi. Bukan keadaan organisasi tetapi disorganisasi.
Sering kita temui keadaan dimasyarakat para anggotanya pada kondisi
tertentu, diwarnai oleh adanya persamaan-persamaan dalam berbagai hal. Tetapi
juga didapati perbedaan-perbedaan dan bahkan sering kita temui
pertentangan-pertentangan. Sering diharapkan panas sampai petang tetapi kiranya
hujan setengah hari, karena sebagus-bagusnya gading akan mengalami keretakan.
Itulah sebabnya keadaan masyarakat dan negara mengalami kegoyahan-kegoyahan
yang terkadang keadaan tidak terkendali dan dari situlah terjadinya perpecahan.
Sudah tentu sebabnya, misalnya adanya pertentangan karena perbedaan keinginan.
Perbedaan kepentingan sebenarnya merupakan sifat naluriah disamping
adanya persamaan kepentingan. Bila perbedaan kepentingan itu terjadi pada
kelompok-kelompok tertentu, misalnya pada kelompok etnis, kelompok agama,
kelompok ideologi tertentu termasuk antara mayoritas dan minoritas.
·
PRASANGKA, DISKRIMINASI, DAN ETNOSENTRISME
A. Pengertian
Prasangka dan Diskriminasi
Prasangka (prejudice) diaratikan suatu anggapan terhadap sesuatu dari
seseorang bahwa sesuatu itu buruk dengan tanpa kritik terlebih dahulu. Bahasa
arab menyebutnya “sukhudzon”. Orang, secara serta merta tanpa timbang-timbang
lagi bahwa sesuatu itu buruk. Disisi lain bahasa arab “khusnudzon” yaitu
anggapan baik terhadap sesuatu.
Prasangka menunjukkan pada aspek sikap sedangkan diskriminasi pada
tindakan. Menurut Morgan (1966) sikap adalah kecenderungan untuk merespon baik
secara positif atau negarif terhadap orang, obyek atau situasi. Sikap seseorang
baru diketahui setelah ia bertindak atau beringkah laku. Oleh karena itu, bisa
saja bahwa sikap bertentangan dengan tingkah laku atau tindakan. Jadi prasangka
merupakan kecenderungan yang tidak nampak, dan sebagai tindak lanjutnya timbul
tindakan, aksi yang sifatnya realistis. Dengan demikian diskriminatif merupakan
tindakan yang relaistis, sedangkan prsangka tidak realistis dan hanya diketahui
oleh diri individu masing-masing.
Prasangka ini sebagian besar sifatnya apriori, mendahului pengalaman
sendiri (tidak berdasarkan pengalaman sendiri), karena merupakan hasil peniruan
atau pengoperan langsung pola orang lain. Prasangka bisa diartikan suatu sikap
yang telampau tergesa-gesa, berdasarkan generalisasi yang terlampau cepat,
sifat berat sebelah, dan dibarengi proses simplifikasi (terlalu
menyederhanakan) terhadap sesuatu realita. Dalam kehidupan sehari-hari
prasangka ini banyak dimuati emosi-emosi atau unsur efektif yang kuat.
Tidak sedikit orang yang mudah berprasangka, namun banyak juga
orang-orang yang lebih sukar berprasangka. Tampaknya kepribadian dan
inteligensi, juga faktor lingkungan cukup berkaitan dengan munculnya prasangka.
Orang yang berinteligensi tinggi, lebih sukar berprasangka, karena orang-orang
macam ini bersikap dan bersifat kritis. Prasangka bersumber dari suatu sikap.
Diskriminasi menunjukkan pada suatu tindakan. Dalam pergaulan sehari-hari sikap
prasangka dan diskriminasi seolah-olah menyatu, tak dapat dipisahkan. Seseorang
yang mempunyai prasangka rasial, biasanya bertindak diskriminasi terhadap ras
yang diprasangkainya. Walaupun begitu, biasa saja seseorang bertindak
diskriminatif tanpa latar belakang prasangka. Demikian juga sebaliknya
seseorang yang berprasangka dapat saja bertindak tidak diskriminatif.
B. Sebab-Sebab
Timbulnya Prasangka dan Diskriminasi
1.
Berlatar belakang sejarah. Orang-orang kulit putih di Amerika Serikat
berprasangka negatif terhadap orang-orang Negro, berlatar belakang pada sejarah
masa lampau, bahwa orang-orang kulit putih sebagai tuan dan orang-orang Negro
berstatus sebagai budak.
2.
Dilatar-belakangi oleh perkembangan sosio-kultural dan situasional.
Harta kekayaan orang-orang kaya baru, diprasangkai bahwa harta-harta itu
didapat dari usaha-usaha yang tidak halal. Antara lain dari usaha korupsi dan
penyalahgunaan wewenang sebagai pejabat dan lain sebagainya.
3.
Bersumber dari faktor kepribadian.
4.
Berlatar belakang perbedaan keyakinan, kepercayaan dan agama.
C.
Usaha-Usaha Mengurangi atau Menghilangkan Prasangka dan Diskriminasi
1. Perbaikan kondisi sosial ekonomi.
2. Perluasan kesempatan belajar.
3. Sikap terbuka dan sikap lapang.
D. Pengertian
Etnosentrisme
Etnosentrisme yaitu suatu kecenderungan yang menganggap nilai-nilai dan
norma-norma kebudayaannya sendiri sebagai sesuatu yang prima, terbaik, mutlak
dan dipergunakan sebagai tolak ukur untuk menilai dan membedakannya dengan
kebudayaan lain. Etnosentrisme merupakan kecenderungan tak sadar untuk
menginterpretasikan atau menilai kelompok lain dengan tolak ukur kebudayaannya
sendiri. Sikap etnosentrisme dalam tingkah laku berkomunikasi nampak canggung,
tidak luwes.
Akibatnya etnosentrisme penampilan yang etnosentrik, dapat menjadi
penyebab utama kesalah pahaman dalam berkomunikasi.Etnosentrisme dapat dianggap
sebagai sikap dasar ideologi Chauvinisme pernah dianut oleh orang-orang Jerman
pada zaman Nazi Hitler. Mereka merasa dirinya superior, lebih unggul dari
bangsa-bangsa lain, dan memandang bangsa-bangsa lain sebagai inferior, lebih
rendah, nista dsb.
·
PERTENTANGAN SOSIAL ATAU KETEGANGAN DALAM
MASYARAKAT
Konflik (pertentangan) mengandung suatu pengertian tingkah laku yang
lebih luas dari pada yang biasa dibayangkan orang dengan mengartikannya sebagai
pertentangan yang kasar atau perang. Dasar konflik berbeda-beda. Terdapat 3
elemen dasar yang merupakan ciri-ciri dari situasi konflik yaitu :
1.
Terdapatnya dua atau lebih unit-unit atau baigan-bagian yang terlibat di
dalam konflik.
2.
Unit-unit tersebut mempunyai perbedaan-perbedaan yang tajam dalam
kebutuhan-kebutuhan, tujuan-tujuan, masalah-masalah, nilai-nilai, sikap-sikap,
maupun gagasan-gagasan.
3.
Terdapatnya interaksi di antara bagian-bagian yang mempunyai
perbedaan-perbedaan tersebut.
Konflik merupakan suatu tingkah laku yang dibedakan dengan emosi-emosi
tertentu yang sering dihubungkan dengannya, misalnya kebencian atau permusuhan.
Konflik dapat terjadi pada lingkungan yang paling kecil yaitu individu, sampai
kepada lingkungan yang luas yaitu masyarakat, yaitu :
1.
Pada taraf di dalam diri seseorang, konflik menunjuk kepada adanya
pertentangan, ketidakpastian, atau emosi-emosi dan dorongan yang antagonistik
didalam diri seseorang.
2.
Pada taraf kelompok, konflik ditimbulkan dari konflik yang terjadi dalam
diri individu, dari perbedaan-perbedaan pada para anggota kelompok dalam
tujuan-tujuan, nilai-nilai, dan norma-norma, motivasi-motivasi mereka untuk
menjadi anggota kelompok, serta minat mereka.
3.
Pada taraf masyarakat, konflik juga bersumber pada perbedaan di antara
nilai-nilai dan norma-norma kelompok dengan nilai-nilai dan norma-norma
kelompok yang bersangkutan berbeda. Perbedan-perbedaan dalam nilai, tujuan dan
norma serta minat, disebabkan oleh adanya perbedaan pengalaman hidup dan
sumber-sumber sosio-ekonomis didalam suatu kebudayaan tertentu dengan yang ada
dalam kebudayaan-kebudayaan lain.
Adapun cara-cara pemecahan konflik tersebut adalah :
1.
Elimination yaitu pengunduran diri salah satu pihak yang telibat dalam
konflik yang diungkapkan dengan : kami mengalah, kami mendongkol, kami keluar,
kami membentuk kelompok kami sendiri.
2.
Subjugation atau domination, artinya orang atau pihak yang mempunyai
kekuatan terbesar dapat memaksa orang atau pihak lain untuk mentaatinya.
3.
Mjority Rule artinya suara terbanyak yang ditentukan dengan voting akan
menentukan keputusan, tanpa mempertimbangkan argumentasi.
4.
Minority Consent artinya kelompok mayoritas yang memenangkan, namun
kelompok minoritas tidak merasa dikalahkan dan menerima keputusan serta sepakat
untuk melakukan kegiatan bersama
5.
Compromise artinya kedua atau semua sub kelompok yang telibat dalam
konflik berusaha mencari dan mendapatkan jalan tengah.
6.
Integration artinya pendapat-pendapat yang bertentangan didiskusikan,
dipertimbangkan dan ditelaah kembali sampai kelompok mencapai suatu keputusan
yang memuaskan bagi semua pihak.
·
GOLONGAN-GOLONGAN YANG BERBEDA DAN INTEGRASI SOSIAL
Masyarakat Indonesia digolongkan sebagai masyarakat majemuk yang terdiri
dari berbagai suku bangsa dan golongan sosial yang dipersatukan oleh kesatuan
nasional yang berwujudkan Negara Indonesia. Masyarakat majemuk dipersatukan
oleh sistem nasional yang mengintegrasikannya melalui jaringan-jaringan
pemerintahan, politik, ekonomi, dan sosial. Aspek-aspek dari kemasyarakatan
tersebut, yaitu Suku Bangsa dan Kebudayaan, Agama, Bahasa, Nasional Indonesia.
Masalah besar yang dihadapi Indonesia setelah merdeka adalah integrasi
diantara masyarakat yang majemuk. Integrasi bukan peleburan, tetapi keserasian
persatuan. Masyarakat majemuk tetap berada pada kemajemukkannya, mereka dapat
hidup serasi berdampingan (Bhineka Tunggal Ika), berbeda-beda tetapi merupakan
kesatuan. Adapun hal-hal yang dapat menjadi penghambat dalam integrasi:
1.
Tuntutan penguasaan atas wilayah-wilayah yang dianggap sebagai miliknya
2.
Isu asli tidak asli, berkaitan dengan perbedaan kehidupan ekonomi antar
warga negara Indonesia asli dengan keturunan (Tionghoa,arab)
3.
Agama, sentimen agama dapat digerakkan untuk mempertajam perbedaan
kesukuan
4.
Prasangka yang merupakan sikap permusuhan terhadap seseorang anggota
golongan tertentu
Integrasi Sosial adalah merupakan proses penyesuaian unsur-unsur yang
berbeda dalam masyarakat menjadi satu kesatuan. Unsur yang berbeda tersebut
meliputi perbedaan kedudukan sosial,ras, etnik, agama, bahasa, nilai, dan
norma. Syarat terjadinya integrasi sosial antara lain:
·
Anggota masyarakat merasa bahwa mereka berhasil saling mengisi kebutuhan
mereka
·
Masyarakat berhasil menciptakan kesepakatan bersama mengenai norma dan
nilai sosial yang dilestarikan dan dijadikan pedoman
·
Nilai dan norma berlaku lama dan tidak berubah serta dijalankan secara
konsisten
Integrasi Internasional merupakan masalah yang dialami semua negara di
dunia, yang berbeda adalah bentuk permasalahan yang dihadapinya. Menghadapi
masalah integritas sebenarnya tidak memiliki kunci yang pasti karena latar
belakang masalah yang dihadapi berbeda, sehingga integrasi diselesaikan sesuai
dengan kondisi negara yang bersangkutan, dapat dengan jalan kekerasan atau
strategi politik yang lebih lunak. Beberapa masalah integrasi internasional,
antara lain:
1. perbedaan ideologi
2. kondisi masyarakat yang majemuk
3. masalah teritorial daerah yang berjarak cukup jauh
4. pertumbuhan partai politik
Adapun upaya-upaya yang dilakukan untuk memperkecil atau menghilangkan
kesenjangan-kesenjangan itu, antara lain:
·
Mempertebal keyakinan seluruh warga Negara Indonesia terhadap Ideologi
Nasional
·
Membuka isolasi antar berbagai kelompok etnis dan antar daerah/pulau
dengan membangun saran komunikasi, informasi, dan transformasi
·
Menggali kebudayaan daerah untuk menjadi kebudayaan nasional
·
Membentuk jaringan asimilasi bagi kelompok etnis baik pribumi atau
keturunan asing
·
INTEGRASI NASIONAL
Integrasi Nasional adalah penyatuan bagian-bagian yang berbeda dari
suatu masyarakat menjadi suatu keseluruhan yang lebih utuh atau memadukan
masyarakat-masyarakat kecil yang banyak jumlahnya menjadi suatu bangsa. Selain
itu dapat pula diartikan bahwa integrasi bangsa merupakan kemampuan pemerintah
yang semakin meningkat untuk menerapkan kekuasaannya di seluruh wilayah (Mahfud
MD, 1993: 71).
- Integrasi tidak sama dengan pembauran atau asimilasi.
- Integrasi diartikan integrasi kebudayaan, integrasi sosial, dan
pluralisme sosial.
- Pembauran dapat berarti asimilasi dan amalganasi.
- Integrasi kebudayaan berarti penyesuaian antar dua atau lebih
kebudayaan mengenai berapa unsur kebudayaan (cultural traits) mereka, yang
berbeda atau bertentangan, agar dapat dibentuk menjadi suatu sistem kebudayaan
yang selaras (harmonis).
- Melalui difusi (penyebaran), di mana-mana unsur kebudayaan baru diserap
ke dalam suatu kebudayaan yang berada dalam keadaan konflik dengan unsur
kebudayaan tradisional tertentu.
sumber :
http://aku-siti-istiqomah.blogspot.com/2011/11/pertentangan-dan-integrasi-sosial.html
http://tantanoxavia.wordpress.com/2012/12/09/pertentangan-sosial-dan-integrasi-masyarakat/
Komentar
Posting Komentar