PENGERTIAN DAN FUNGSI
AGAMA
Agama adalah sebuah koleksi terorganisir dari kepercayaan, sistem
budaya, dan pandangan dunia yang menghubungkan manusia dengan tatanan/perintah
dari kehidupan Banyak agama
memiliki narasi, simbol, dan sejarah suci yang dimaksudkan untuk menjelaskan makna
hidup dan / atau menjelaskan asal usul kehidupan atau alam semesta. Dari
keyakinan mereka tentang kosmos dansifat manusia, orang memperoleh moralitas, etika, hukum agama atau gaya hidup yang disukai. Menurut beberapa
perkiraan, ada sekitar 4.200 agama di dunia
beberapa fungsi agama
dalam masyarakat, antara lain:
Fungsi Edukatif
(Pendidikan). Ajaran agama secara yuridis (hukum) berfungsi menyuruh/mengajak
dan melarang yang harus dipatuhi agar pribagi penganutnya menjadi baik dan
benar, dan terbiasa dengan yang baik dan yang benar menurut ajaran agama
masing-masing.
Fungsi Penyelamat.
Dimanapun manusia berada, dia selalu menginginkan dirinya selamat. Keselamatan
yang diberikan oleh agama meliputi kehidupan dunia dan akhirat. Charles Kimball
dalam bukunya Kala Agama Menjadi Bencana melontarkan kritik tajam terhadap agama
monoteisme (ajaran menganut Tuhan satu). Menurutnya, sekarang ini agama tidak
lagi berhak bertanya: Apakah umat di luat agamaku diselamatkan atau tidak?
Apalagi bertanya bagaimana mereka bisa diselamatkan? Teologi (agama) harus
meninggalkan perspektif (pandangan) sempit tersebut. Teologi mesti terbuka
bahwa Tuhan mempunyai rencana keselamatan umat manusia yang menyeluruh. Rencana
itu tidak pernah terbuka dan mungkin agamaku tidak cukup menyelami secara
sendirian. Bisa jadi agama-agama lain mempunyai pengertian dan sumbangan untuk
menyelami rencana keselamatan Tuhan tersebut. Dari sinilah, dialog antar agama
bisa dimulai dengan terbuka dan jujur serta setara.
Fungsi Perdamaian.
Melalui tuntunan agama seorang/sekelompok orang yang bersalah atau berdosa mencapai
kedamaian batin dan perdamaian dengan diri sendiri, sesama, semesta dan Alloh.
Tentu dia/mereka harus bertaubat dan mengubah cara hidup.
Fungsi Kontrol Sosial.
Ajaran agama membentuk penganutnya makin peka terhadap masalah-masalah sosial
seperti, kemaksiatan, kemiskinan, keadilan, kesejahteraan dan kemanusiaan.
Kepekaan ini juga mendorong untuk tidak bisa berdiam diri menyaksikan kebatilan
yang merasuki sistem kehidupan yang ada.
Fungsi Pemupuk Rasa
Solidaritas. Bila fungsi ini dibangun secara serius dan tulus, maka
persaudaraan yang kokoh akan berdiri tegak menjadi pilar "Civil
Society" (kehidupan masyarakat) yang memukau.
Fungsi Pembaharuan.
Ajaran agama dapat mengubah kehidupan pribadi seseorang atau kelompok menjadi
kehidupan baru. Dengan fungsi ini seharusnya agama terus-menerus menjadi agen
perubahan basis-basis nilai dan moral bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.
Fungsi Kreatif. Fungsi
ini menopang dan mendorong fungsi pembaharuan untuk mengajak umat beragama
bekerja produktif dan inovatif bukan hanya bagi diri sendiri tetapi juga bagi
orang lain.
Fungsi Sublimatif
(bersifat perubahan emosi). Ajaran agama mensucikan segala usaha manusia, bukan
saja yang bersifat agamawi, melainkan juga bersifat duniawi. Usaha manusia
selama tidak bertentangan dengan norma-norma agama, bila dilakukan atas niat
yang tulus, karena untuk Alloh, itu adalah ibadah.
KAITAN AGAMA DENGAN
MASYARAKAT
Kaitan agama dengan
masyarakat dapat mencerminkan tiga tipe, meskipun tidak menggambarkan
sebenarnya secara utuh (Elizabeth K. Nottingham, 1954), yaitu:
1. Masyarakat yang
terbelakang dan nilai- nilai sakral
Masyarakat tipe ini
kecil, terisolasi, dan terbelakang. Anggota masyarakat menganut agama yang
sama. Oleh karenanya keanggotaan mereka dalam masyarakat, dalam kelompok
keagamaan adalah sama.
2. Masyarakat-
masyarakat pra- industri yang sedang berkembang
Keadaan masyarakat
tidak terisolasi, ada perkembangan teknologi yang lebih tinggi daripada tipe
pertama. Agama memberikan arti dan ikatan kepada sistem nilai dalam tipe
masyarakat ini. Dan fase kehidupan sosial diisi dengan upacara- upacara
tertentu.
3. Masyarakat-
masyarakat industri sekular
Masyarakat industri
bercirikan dinamika dan teknologi semakin berpengaruh terhadap semua aspek
kehidupan, sebagian besar penyesuaian- penyesuaian terhadap alam fisik, tetapi
yang penting adalah penyesuaian- penyesuaian dalam hubungan kemanusiaan
sendiri. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai konsekuensi
penting bagi agama, Salah satu akibatnya adalah anggota masyarakat semakin
terbiasa menggunakan metode empiris berdasarkan penalaran dan efisiensi dalam
menanggapi masalah kemanusiaan, sehingga lingkungan yang bersifat sekular
semakin meluas. Watak masyarakat sekular menurut Roland Robertson (1984), tidak
terlalu memberikan tanggapan langsung terhadap agama. Misalnya pemikiran agama,
praktek agama, dan kebiasaan- kebiasaan agama peranannya sedikit. Kaitan
agama dengan masyarakat dapat mencerminkan tiga tipe, meskipun tidak
menggambarkan sebenarnya secara utuh (Elizabeth K. Nottingham, 1954), yaitu:
1. Masyarakat yang
terbelakang dan nilai- nilai sakral
Masyarakat tipe ini
kecil, terisolasi, dan terbelakang. Anggota masyarakat menganut agama yang
sama. Oleh karenanya keanggotaan mereka dalam masyarakat, dalam kelompok
keagamaan adalah sama.
2. Masyarakat-
masyarakat pra- industri yang sedang berkembang
Keadaan masyarakat
tidak terisolasi, ada perkembangan teknologi yang lebih tinggi daripada tipe
pertama. Agama memberikan arti dan ikatan kepada sistem nilai dalam tipe
masyarakat ini. Dan fase kehidupan sosial diisi dengan upacara- upacara
tertentu.
3. Masyarakat-
masyarakat industri sekular
Masyarakat industri
bercirikan dinamika dan teknologi semakin berpengaruh terhadap semua aspek
kehidupan, sebagian besar penyesuaian- penyesuaian terhadap alam fisik, tetapi
yang penting adalah penyesuaian- penyesuaian dalam hubungan kemanusiaan
sendiri. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai konsekuensi
penting bagi agama, Salah satu akibatnya adalah anggota masyarakat semakin
terbiasa menggunakan metode empiris berdasarkan penalaran dan efisiensi dalam
menanggapi masalah kemanusiaan, sehingga lingkungan yang bersifat sekular
semakin meluas. Watak masyarakat sekular menurut Roland Robertson (1984), tidak
terlalu memberikan tanggapan langsung terhadap agama. Misalnya pemikiran agama,
praktek agama, dan kebiasaan- kebiasaan agama peranannya sedikit.
Komentar
Posting Komentar